Langsung ke konten utama

Bandung Story, Part 1: Pesona Kawah Putih dengan Atmosfernya yang Menyesakkan Dada

Kawah berkabut

"Libur t’lah tiba. Libur t’lah tiba. Hore! Hore! Hore! Lepaskan tas dan bukumu. Buanglah keluh kesahmu. Libur t’lah tiba, hatiku gembiraaaa!"

Yep, cuplikan lagu Tasya Kamila semasa cilik itu menghiasi batin saya menghadapi libur semester. Ya yang namanya tentor, kalau siswanya libur tentornya juga ikut libur dong yaaa. Untuk mengawali libur semester sekaligus libur natal dan tahun baru, saya mengambil kesempatan untuk pergi ke Bandung bersama rekan-rekan kerja. Tepat tujuh hari waktu yang saya habiskan untuk berlibur, termasuk waktu perjalanan. Awalnya, saya pergi berlibur bersama tiga rekan kerja dari Surabaya. Setelah tiga hari, mereka pulang dan saya melanjutkan liburan bersama seorang teman semasa kuliah.
Kali ini saya akan menceritakan cuplikan terakhir dari liburan saya di Bandung. Bersama kawan kuliah yang dini hari tiba di Bandung dan sempat saya telantarkan karena ketiduran (hehe maaf ya), saya mengunjungi dua destinasi penting.

 
Ramai pengunjung saat liburan
Satu, Kawah Putih dengan atmosfernya yang menyesakkan dada

Emang pergi berdua itu nanggung di transport ya. Kami sempat bingung ketika hendak memutuskan jenis transportasi apa yang akan kami pilih dari tiga opsi berikut.

1. Rental motor. Saya bukan pengendara motor yang pro yah, apalagi kalau medannya naik turun berkelok-kelok. Kawan saya pun tidak bisa menggantikan saya mengemudi. Jadi, saya sih cari aman saja. FYI, untuk menyewa motor membutuhkan biaya Rp 100.000,00 per hari. Karena saat itu libur natal dan hampir semua rentalan full booked, 'Abang Grab' yang saya tumpangi menawarkan Vario 150-nya. Motornya bisa diantar ke hotel pula!Tapi balik lagi, saya sih cari aman saja. 

2. Angkutan online. Popularitas dan kemudahan angkutan online pun sempat kami pertimbangkan. Namun apa daya, dari Bandung ke Kawah Putih memakan ongkos 170-an ribu rupiah untuk sekali jalan yang tentu sangat berat kalau cuma dibagi dua.





Meskipun nggak ada dedaunan yang ijo-ijo, tetep seger dipandang mata yah
3. Angkutan umum. Finally, kami memilih opsi terakhir yang gampang-gampang susah. Buat saya sih, meskipun angkutan online jauh lebih mudah dan terjangkau, angkutan umum tetap wajib dicoba. Justru di angkutan umum itulah letak petualangannya, pengalamannya, juga pelajarannya.

Bandung--Terminal Leuwi Panjang
Dari Bandung kota, pertama kali kita harus menuju Terminal Leuwi Panjang. Untuk rute ini kami memilih memanfaatkan promo Grab by OVO (:D). pilihan lain, kita juga bisa menumpang Ayo Bus dengan tarif 5.000 rupiah.

Terminal Leuwi Panjang--Terminal Ciwidey
Dari Leuwi Panjang, kita harus menumpang angkudes (angkutan desa) menuju Terminal Ciwidey dengan tarif normal Rp 15.000. (Saat perjalanan pulang, pak supir menarik ongkos Rp 20.000,00 karena mengambil jalan memutar mengitari lereng gunung untuk menghindari macet). Angkutan menuju Ciwidey ini tidak berpatokan pada kode ataupun warna. Warna mobilnya berbeda-beda. Karena itu, perhatikan saja seruan bapak-bapak sopir tentang tempat tujuan mereka. Jangan takut juga untuk mengatakan tujuan kita karena mereka akan mengarahkan kita ke mobil yang benar. (mereka nggak ganas kayak di terminal jawa timuran kok, hehe)

Terminal Ciwidey--Kawah Putih
Dari Terminal Ciwidey, kita harus menumpang satu angkudes lagi. Kali ini tujuannya dibedakan oleh warna. Untuk menuju gerbang Kawah Putih, kita menumpang angkutan berwarna kuning (kuning beneran ya, bukan oranye!! Karena di artikel yang saya jadikan referensi, penulis mengatakan warna kuning ngejreng, which is bagi mata saya lebih ngejreng warna angkot oranye). Tarif normal untuk sampai di gerbang Kawah Putih hanya sebesar 10.000 rupiah.

Secara total, tarif minimal angkutan umum dari Bandung kota menuju gerbang Kawah Putih adalah sebesar 30.000 rupiah untuk satu orang dalam sekali jalan. Waktu tempuh perjalananya adalah sekitar 3 jam dan bisa lebih jika macetnya lumayan parah. Jika kalian pergi bersama rombongan sebanyak lima orang atau lebih, ada baiknya menyewa mobil saja.

Nggak masuk ke dermaganya nih, males bayar lagi
Hujannya rintik-rintik lho guys


Loket--Lokasi kawah
Sampai di gerbang Kawah Putih, kita tinggal membeli tiket masuk sekaligus karcis Ontang-anting. Ontang-anting merupakan angkutan yang membawa pengunjung dari loket menuju lokasi kawahnya. Bentuknya sendiri seperti angkot, tapi pinggirannya dilepas jadi setengah terbuka seperti kereta kelinci. Tiket masuknya sebesar Rp 20.000,00 dan tarif Ontang-anting sebesar Rp 15.000,00 pulang-pergi. Jadi, totalnya hanya Rp 35.000,00. Kalau teman-teman tidak mau menumpang ontang-anting, teman-teman harus bawa mobil sendiri. Rutenya cukup jauh dan sangat menanjak untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Sepeda motor pun harus diparkir di parkiran bawah (area loket) karena tidak diperbolehkan naik demi keselamatan.

Oh ya, teman-teman juga harus mempersiapkan beberapa hal ini sebelum mendatangi wisata Kawah Putih. Pertama adalah masker penutup hidung. Ini wajib, kawan!! Aroma belerang di sini sangat pekat dan mengganggu pernafasan. Kita bisa mengalami sesak nafas sesaat bahkan penyakit paru-paru serius jika terlalu banyak menghirup belerang. Saya sendiri langsung terbatuk saat membuka masker di dekat kawah walau sebentar. Jika lupa atau tak sempat membawa, kita bisa membelinya di lokasi. Tapi harganya lima kali lipat lebih mahal dibanding membeli masker di apotek. Yak, harganya 5.000 rupiah gengs!! Tapi mending merogoh kocek 5.000 daripada pingsan di tempat.

Hal kedua yang perlu dibawa adalah jaket dan payung besar. Suhu udara di lokasi Kawah Putih tergolong dingin, cukup membuat telapak tangan sedikit kebas. Selain itu, cuaca pegunungan yang sulit diprediksi kerap kali mencipratkan rintik-rintik air kesana-kemari meski tidak hujan. Hal itu dipicu oleh tebalnya kabut dan kencangnya angin yang menghasilkan gerimis ke segala arah. Tanpa payung yang memadai, kamera kesayanganmu bisa basah dan rusak dengan cepat, kecuali kamera yang kalian bawa tahan air ya! Namun jika teman-teman datang dari jauh dan enggan repot membawa payung, kalian bisa menyewanya seharga RP 20.000,00.


Nangkring
Inilah ulasan mengenai akses wisata Kawah Putih di sebelah selatan kota Bandung. Apa saja yang bisa kita dapat di sana? Yang pertama, jelas, foto yang aduhai. Jaman sekarang sudah langka orang berwisata tanpa mengambil foto yang instagrammable. Kedua, tanpa kamera, pemandangan Kawah Putih amat sangat sungguh terlalu memanjakan mata. Indah tiada tara, plus tak bisa ditemukan di banyak tempat lainnya. Tapi ingat, janganlah terlena lalu duduk berlama-lama apalagi sampai merenung mengenang mantan yang sudah lama diambil orang. Alih-alih mendapat ilham, Anda justru pingsan dan sesak nafas dibuai sengatan belerang. Oh ya, keburu lupa, sudut lain yang bisa teman-teman gunakan untuk berfoto adalah hutan mati. Selain itu, kalian juga bisa melintasi dermaga hingga ke tengah kawah dengan tiket sebesar Rp 10.000,00. Tapi, setiap pengunjung hanya dibatasi waktu maksimal 15 menit. Ya kalau pingsan di tengah kawah siapa yang tanggung ya kan. Bagi Bapak-Ibu lansia yang lebih rentan paru-parunya, disediakan trek khusus untuk menikmati pemandangan kawah dari jalur atas, berupa jalan dan jembatan kayu yang bisa disinggahi dengan tarif Rp 5.000,00.

Berikutnya, untuk kunjungan kedua yaitu ke Taman Raya Djuanda. Apa saja yang ada di sana? Saya akan membagi pengalaman saya pada cerita berikutnya.... See you...!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waduk Bajulmati, Pesona Eksotisme Jawa Timur

si Bajul yang tengah terlelap Hutan Baluran yang saat itu sedang terbakar :(, 13 September 2016 dilewati saat mengunjungi waduk dari arah Situbondo Pintu masuk Waduk Bajulmati, pengunjung disambut oleh patung penari khas Banyuwangi Belum banyak yang tahu mengenai waduk di timur Pulau Jawa ini. Diapit oleh Gunung Baluran dan Pegunungan Ijen, secara geografis waduk ini terletak di perbatasan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi. Dari arah Situbondo, pengunjung tinggal berkendara ke arah Timur (lalu serong sedikit ke arah Tenggara) sejauh 55 km mengikuti jalan utama Situbondo-Banyuwangi. Dari arah Banyuwangi, pengunjung bisa melalui jalan yang sama ke arah utara. Selain kendaraan pribadi, kita bisa menumpang bus jalur Situbondo-Banyuwangi.   Waduk anyar yang terletak di kawasan Alas Baluran mulai dibuka untuk umum tahun 2016. Masih tergolong baru saat saya menengok ke sana pada September 2016. Saat itu, kendaraan masih boleh masuk me

Suka Duka Meninggalkan Vietnam, Sukacita Memasuki Singapura

Lobi Bandara Chang I, Singapura Menghabiskan 38 jam dalam dua malam di Saigon City membuatku puas saat harus meninggalkan kota ini. Selasa pagi, aku memesan taksi online untuk mencapai bandara. Berbeda dengan dua hari sebelumnya saat aku mbambong di bandara Noi Bai karena check in counter belum dibuka saat aku tiba, kali ini aku tiba sangat ngepres . Pukul tujuh loket dibuka, pukul tujuh pula aku tiba. Sungguh sial, antrean loket Scoot Airlines menuju Singapura sudah mengular sampai menutupi lorong. Empat loket yang tersedia dipenuhi oleh satu rombongan berbusana biksu. Wah.... semacam rombongan " umroh "nya umat Buddha ini. Sialnya yang paling sial, aku mengambil antrean di belakang rombongan ini. Meski sebenarnya tidak panjang, hampir dua jam aku tidak bergerak. Astaghfirullah......this is shit! Ini entah petugasnya yang lemot atau akunya yang bego , hingga waktu boarding tiba aku masih ngantri check in . Alhasil, aku tidak punya kesempatan untuk menghitung sisa-si

Backpacking ke Saigon City. Day 1: Melangkahlah!

"If you don't really know what to do, just keep swimming!" ~Dory Prolog Attention, please! Please kindly accept my apologize because my posts would be sent not in chronological order. Sebelum postingan ini, seharusnya ada beberapa cerita yang mendahului, yaitu cerita perjalananku di Hanoi. Tanpa Hanoi, aku tidak mungkin menginjakkan kaki di kota Ho Chi Minh. But sorry to say, Hanoi is simply hard to tell. Jadi, nggak papa yaaa, cerita yang ini duluuu. A journey of a thousand miles begins with a single step. ~Lao Tzu. Parte 1 Lepas dua minggu diliputi kepenatan kuliah, aku sengaja menambah trip tiga hari ke salah satu kota besar di Vietnam, yaitu Ho Chi Minh City (HCMC) atau Thành phố (kota) Hồ Chí Minh . Dahulu sebelum Perang Vietnam berakhir, Kota Ho Chi Minh bernama Saigon ( Sài Gòn) . Dengan bersatunya Vietnam Selatan dan Vietnam Utara, nama Saigon City berubah menjadi Ho Chi Minh City, mengulik nama (samaran) founding father Negara Vietnam. Meski nam