Langsung ke konten utama

Waduk Bajulmati, Pesona Eksotisme Jawa Timur

si Bajul yang tengah terlelap
Hutan Baluran yang saat itu sedang terbakar :(, 13 September 2016
dilewati saat mengunjungi waduk dari arah Situbondo

Pintu masuk Waduk Bajulmati, pengunjung disambut oleh patung penari khas Banyuwangi
Belum banyak yang tahu mengenai waduk di timur Pulau Jawa ini. Diapit oleh Gunung Baluran dan Pegunungan Ijen, secara geografis waduk ini terletak di perbatasan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi. Dari arah Situbondo, pengunjung tinggal berkendara ke arah Timur (lalu serong sedikit ke arah Tenggara) sejauh 55 km mengikuti jalan utama Situbondo-Banyuwangi. Dari arah Banyuwangi, pengunjung bisa melalui jalan yang sama ke arah utara. Selain kendaraan pribadi, kita bisa menumpang bus jalur Situbondo-Banyuwangi.








Waduk anyar yang terletak di kawasan Alas Baluran mulai dibuka untuk umum tahun 2016. Masih tergolong baru saat saya menengok ke sana pada September 2016. Saat itu, kendaraan masih boleh masuk menjelajahi hampir semua sudut lokasi. (entah bagaimana sekarang, kemungkinan kendaraan harus diparkir). Saran saya, pengunjung wajib membawa payung atau topi bundar jika ingin berjalan-jalan menjelajahi waduk. Areanya cukup luas dan minimnya pohon membuat terik matahari begitu menyengat. Panaaaaaaaaas.











Meskipun sederhana (karena sebagian besar masih alami), waduk ini sangat worth it untuk dikunjungi. Berdasarkan review dari banyak pengunjung, orang-orang menyebut Bajulmati ini sebagai miniaturnya Raja Ampat. Lumayan kan yaaaa, gak usah mahal-mahal ke Raja Ampat. Saya sih tidak berkomentar karena belum tahu Raja Ampat seperti apa.  Namun untuk ukuran Jawa Timur, pesona Bajulmati memang eksotis. Jangan keliru sama Bajulmati-Bajulmati yang lain yaaa. Banyak destinasi lain di Jawa Timur, misalnya pantai, yang juga bernama Bajulmati alias buaya mati. Berdasarkan referensi dari wikipedia (maaf ye sumbernya cuma wikipedia, belum pernah wawancara, hehe), selain obyek pariwisata, waduk ini dimanfaatkan secara praktis sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro, irigasi, penyediaan air sebagai bahan baku air bersih, konservasi air, serta perikanan dalam bentuk keramba.










 

Bonus video: WADUK BAJULMATI SITUBONDO BANYUWANGI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jernih dan Hitam antara Kabut dan Merah Jambu #2-tamat

Semalam, aku tertidur di awan kelabu. Aku terus berpikir bagaimana jika aku terjatuh padahal aku ingin melihat pelangi. Lalu degup jantungku mengatakan sesuatu. “Tenang gadisku. Kalau kau terjatuh, kau akan terjatuh bersama-sama.”  Benar juga. Sama sekali tak masalah buatku. Tapi aku takut. Bagaimana jika aku terjatuh sebelum sempat menyentuhnya? Bagaimana? Kabut perlahan menipis. Kilau perlahan bercahaya. Apakah ini serangan fajar? Namun warna merah jambu belum memudar. Aku benar-benar tak tahu yang akan terjadi. Aku tak mampu berangan-angan lagi. Tapi kabut perlahan menipis. Aku harus segera bergerak kecuali ingin dihempas angin jahat. Aku mencoba mencari celah.

Bonek Hikers. Part 4: Akhir Cerita Kita

The most favourite spot. Couldn't find a more beautiful yellow flowery field.... Setelah pikiran yang blingsatan ke mana-mana. Setelah keresahan yang mengubun-ubun. Selepas keputusasaan yang nyaris memuncak. PADANG SAVANA....... " Subhanallah......" "Allahu Akbar!" Kami semua jatuh terduduk. Sungguh luar biasa. Rasanya seperti surgaaaaa. Sekitar satu jam sebelum tengah malam kami sampai di padang luas tempat bermalam. Kami duduk sejenak, ingin bergulung-gulung di sana. Di padang inilah para pendaki biasa bermalam. Untuk menuju puncak, perjalanan hanya tinggal satu jam lagi. "Ayo semangat. Tambah sedikit lagi jalannya, kita mendekat ke tenda-tenda lain."  kami pun beranjak. Para calon tetangga membantu mendirikan tenda. Tanpa mengkhawatirkan makan malam, kami langsung menata diri untuk shalat dan beristirahat. Say Hi! Coming back home "Yang mau muncak ntar bangun jam tiga yaaa..."  beberapa memili...

Pantai Kondang Merak

Curly surface from top of a hill Hampir genap setahun, kunjunganku ke Pantai Kondang Merak juga kulakukan pada tahun 2017, tepatnya pada tanggal 8 Maret (cuma postingan ini nih yang tanggalnya tercatat). Aku mengunjungi pantai—yang saat itu sedang sepi—dalam rangka menemani seorang 'kawan dekat' survei lapangan untuk penelitian tugas akhirnya. Nggak tau sih, beneran survei apa modus pengen ngajak jalan-jalan, wkwkwkwk . Great Barrier Reef ala Kondang Merak Berhubung bukan hari libur, pantai sangat sepi, bahkan hampir tidak ada pengunjung yang datang dalam waktu bersamaan. Untuk menuju Kondang Merak, kami tinggal mengikuti jalan ke arah Balekambang, lalu berpisah di sebuah perempatan. Keluar dari jalan raya, medan yang harus dilewati terhitung cukup sulit. Tanjakan-tanjakan berupa tanah berbatu mudah saja membuat pengendara sepeda motor kehilangan keseimbangan. Menurut wikipedia, saat kondisi jalan normal pengunjung bisa menempuh perjalanan dari perempatan ...