Langsung ke konten utama

Terbang ke Luar Negeri? Singgah Sebentar di Bukit Bintang, Kuala Lumpur Yuk!

 

Syarat: Sempatkan diri untuk berfoto di depan Menara Kembar Petronas

Setelah beberapa ulasan tentang jalan-jalan kecil di pelosok Jawa Timur, penulis ingin memperkenalkan perjalanan singkat di negeri jiran: Malaysia. Bagi beberapa pelancong level bawah seperti saya, tentu harga murah selalu jadi pertimbangan utama termasuk dalam hal kebutuhan akomodasi. Untuk menjangkau negara-negara tetangga, tentu saya memilih transportasi yang terjangkau dari segi ekonomi. 

Bersama tajuk "Now everyone can fly", Malaysia benar-benar membuktikan bahwa kantong bukanlah perkara utama dalam melakukan perjalanan, termasuk perjalanan antarnegara. Tentu saja kemurahan hati mereka bukan dengan percuma. Malaysia dan armada AirAsianya mengatur setiap rute penerbangan mereka agar singgah sejenak di negaranya. Bagi saya seorang biasa yang tidak dikejar-waktu, tentu hal itu tidak menjadi masalah. Malah justru menjadi benefit karena saya bisa keluar bandara dan mencicipi jalanan Kuala Lumpur sembari menunggu penerbangan selanjutnya.

Dalam rangka menghadiri perkuliahan di Vietnam hari sebelumnya, saya menumpang AirAsia yang tak mungkin tidak singgah di KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Demi memanfaatkan waktu, kesempatan, dan ongkos perjalanan, saya sengaja memilih penerbangan dengan jeda transit cukup lama (saat itu saya mengambil jeda hari. Namun jika tidak berniat bermalam, jeda 10 jam pun sudah cukup puas)

Tujuan pertama setelah keluar dari bandara adalah KL Sentral. Kalau dilihat di peta, KL Sentral itu ibarat inti pada sel saraf yang memiliki banyak dendrit bagi kalian yang familier dengan ilmu biologi atau hub pada topologi star bagi kalian yang familier dengan jaringan komputer. KL Sentral merupakan tempat transitnya berbagai transportasi dari bermacam daerah. Banyak cara untuk mencapai KL Sentral dari KLIA 2, di antaranya dengan menumpang kereta KL ExpressKL Transit, atau bus.


Untuk sekali jalan, KL Express dan KL Transit membutuhkan sekitar MYR 35 (Malaysian Ringgit, 1 Ringgit setara dengan Rp3.570 berdasarkan kurs Agustus 2018 saat tulisan ini dimuat). Bedanya, KL Express akan membawamu langsung menuju KL Sentral dalam waktu 30 menit tanpa berhenti, sedangkan KL Transit akan mengajakmu berhenti di 3 stasiun. Jika menarget anggaran lebih murah, kita bisa menumpang bus dengan tarif sekitar MYR 11 dalam waktu antara 45 menit hingga 1 jam. Menimbang perbandingan waktu yang tidak terlalu jauh, saya memilih berhemat dengan menumpang bus saja.

Selain mencari transportasi, kita juga bisa mencari sumber energi di KL Sentral. Untuk menutupi lapar, kita bisa mencari makan berat yang tidak terlalu asing dengan lidah kita. Selanjutnya, saya langsung menuju Bukit Bintang menggunakan monorel. Sebagai pengamat transportasi amatir (apanya yang diamati ya), saya cukup terkesan dengan sistem monorel yang diterapkan di ibukota negeri jiran ini. Segalanya serba otomatis dan teratur. (Mungkin karena di Jawa Timur belum ada, maka saya terkesan). 

Di stasiun, calon penumpang harus membeli tiket melalui sebuah konter yang bentuknya seperti mesin ATM. Cukup dengan MYR 2.5, kita akan menerima semacam koin plastik berwarna merah sebagai tiket masuk dan keluar monorel sesuai tujuan yang telah dibayar. Karena berfungsi sebagai tiket keluar, koinnya jangan sampai hilang ya...!

Tujuan pertama sesampainya di Bukit Bintang adalah mencari penginapan (bagi yang berencana menginap). Saat itu saya mendapat penginapan tepat di Jalan Alor. Jalan Alor merupakan pusat wisata kuliner jalanan alias street food yang sangat ramai di malam hari. Beragam jenis makanan dijajakan di sepanjang jalan ini. 

Di sana saya menemukan dua pedagang asal Indonesia. Yang satu menyajikan masakan Indonesia, satu lagi menjajakan Pot Ice Cream. "Bude" penjual es krim pot ini sangat ramah dan suka "pdkt" dengan pengunjung dari tanah air. Tanpa pikir panjang, beliau menraktir saya untuk makan makanan Timur Tengah (lupa namanya) yang dijual oleh penjual di dekatnya. Beliau juga banyak mengajak ngobrol dan memberikan nomor ponselnya agar tidak putus silaturahmi. Jika saya berkunjung ke Kuala Lumpur lagi, saya pasti akan mengunjungi stan beliau dan menyapanya.

Dari Jalan Alor, kita bisa berjalan kaki menuju Petronas Twin Tower. Konon bangunan ini adalah bangunan tertinggi dan wajib disinggahi (baca: diajak selfie) sebagai tanda pernah berkunjung ke Malaysia. Tentu saja tempat yang strategis untuk memotret menara kembar ini selau ramai oleh wisatawan dan fotografer komersil.

Jalan Alor, surganya wisata kuliner mancanegara

Selain Twin Tower dan Street Food, tempat yang bisa dikunjungi dengan berjalan kaki adalah Chocolate Kingdom. Kalau di Jawa, Chocolate Kingdom ini seperti Kampung Coklat yang ada di Blitar. Bedanya, Kampung Coklat Blitar jauh lebih besar dan lebih variatif dalam hal "wahana" dan macam produknya. Di Kampung Coklat, kita tak hanya menemui coklat bubuk atau coklat batang, tetapi juga es coklat, mie coklat, nasi coklat, pie coklat, dan banyak lainnya. 

Sementara itu, Chocolate Kingdom hanya menjual coklat (tanpa mie, kue, dan makanan lain yang dimodifikasi dengan coklat). Namun, jenis coklat yang dijual di sini sangat beragam, mulai dari coklat mentahan sampai coklat untuk cenderamata. Khusus untuk jenis coklat, Chocolate Kingdom menyediakan jauh lebih banyak jenis coklat (dan semuanya mahalll untuk ukuran kantong mahasiswa T_T)

Puas dengan jalan-jalan kecil minim budget, kita bisa kembali ke KL Sentral menggunakan monorel dari halte yang sama. Selanjutnya, kita harus membeli tiket bus untuk kembali menuju bandara. Sampai jumpa di persinggahan selanjutnya!!! (al)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waduk Bajulmati, Pesona Eksotisme Jawa Timur

si Bajul yang tengah terlelap Hutan Baluran yang saat itu sedang terbakar :(, 13 September 2016 dilewati saat mengunjungi waduk dari arah Situbondo Pintu masuk Waduk Bajulmati, pengunjung disambut oleh patung penari khas Banyuwangi Belum banyak yang tahu mengenai waduk di timur Pulau Jawa ini. Diapit oleh Gunung Baluran dan Pegunungan Ijen, secara geografis waduk ini terletak di perbatasan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi. Dari arah Situbondo, pengunjung tinggal berkendara ke arah Timur (lalu serong sedikit ke arah Tenggara) sejauh 55 km mengikuti jalan utama Situbondo-Banyuwangi. Dari arah Banyuwangi, pengunjung bisa melalui jalan yang sama ke arah utara. Selain kendaraan pribadi, kita bisa menumpang bus jalur Situbondo-Banyuwangi.   Waduk anyar yang terletak di kawasan Alas Baluran mulai dibuka untuk umum tahun 2016. Masih tergolong baru saat saya menengok ke sana pada September 2016. Saat itu, kendaraan masih boleh masu...

Penjelajahan Vietnam Rose. Part 1: Terbang....

You only turn 21 once and it goes by very fast. Satu kalimat yang diutarakan oleh ibu Ben Campbell pada film "21" itu sangat menyihirku. Aku bukanlah orang yang percaya pada mitos ( percayanya sama fairytale malah, :D ), bukan juga anak manusia yang peduli pada sesuatu yang dinamakan "ulang tahun" ( peduli? inget aja enggak! ). Akan tetapi, awal tahun ini aku begitu was-was sekaligus tak sabar menantikan 21-ku. Benar saja. Di awal langkah 21-ku, aku menemui bermacam kisah spektakuler yang mengalahkan perjalanan Hogwarts ku. Salah satunya adalah perjalanan ini.

Air Terjun Talempong: Untouched

nyawah Melanjutkan perjalanan hari sebelumnya di dermaga , adikku mengajakku ke air terjun di kaki Gunung Argopuro. Hanya percaya sepenuhnya, aku tak mengira dan sama sekali tak membayangkan dimana letak air terjun ini. Melihat dia yang begitu enteng mengajak pergi sore-sore, aku mengira akan berkunjung ke tempat yang dekat-dekat saja. Ditambah lagi jawaban geje ( gak jelas) yang selalu dilontarkan saat ditanya, membuat perjalanan ini semakin tidak jelas saja. Memang dasar laki-laki baru gede yang semangat menjelajahnya tinggi, kami pergi tanpa persiapan apapun. Asri: Pemancangan Desa Talempong Kami melipiri pantura ke arah barat. Di tengah perjalanan, kami menjemput seorang kawan. Dia teman SMP adikku yang kini bersekolah di SMAku dulu. Saat mentari ashar sudah berjalan hampir separuhnya, kami melewati terminal dan alun-alun Besuki. Oh tidak, batinku. Ini jauh sekali . Kami masih berjalan terus ke barat hingga sampailah di SPBU Utama Raya, satu dari sejumlah S...