|
Menghadap ke barat: Pegunungan anggun terlihat seperti mengelilingi selat |
Desember 2016 agaknya menjadi bulan yang sarat pengalaman baru. Dikejar-kejar deadline seminar hasil, kabur nge-camp saat harus menyerahkan berkas skripsi, ditinggal ortu beribadah di belahan dunia lain, dan membelah diri antara menemani adik (yang meskipun bukan lagi anak-anak, tetapi tidak pernah ditinggal pergi), mengejar dan dikejar deadline, hasrat ingin bersih-bersih rumah, serta main-main yang tidak penting. Hanya dua atau tiga hari aku sempat berada di rumah. Menyedihkan, tapi ya mau bagaimana lagi. Dalam seminggu aku harus ada di rumah, di kampus, dan terakhir tak kuasa menolak ajakan kemping (yang hampir membawa pada bencana)
|
Panas: Di tengah hari, surya di atas tanah Situbondo terasa seperti oven yang memanggang |
|
Hai: Kenalan dulu ya, waktu saya pasang foto berdua di sini (fotonya yang berdua, bukan yang ini), teman-teman sekelas pada heboh. Dikira siapa, kok berani-beraninya pake jaket Masta (almamater saya)
|
Tak mungkin wonder womanku meninggalkan rumah dan adik tanpa dampingan siapapun. Maka, kurang lebih untuk sebulan beliau menjemput Pak De dari pucuk gunung Malang Selatan yang bahkan tidak terjangkau google maps untuk sementara tinggal di rumah kami. Kebetulan, Pak De yang satu ini memang tidak punya tanggungan dan adikku sangat sayang padanya.
|
Sepi: Dermaga yang butuh kapal untuk makan sehari-hari. Lokasi: Jalur Pantura Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo |
|
|
|
Siap: Alien menunggu jemputan dari Planet Merkurius. Dengar-dengar, penutup kepala yang dikenakannya anti panas matahari
|
Layaknya seorang laki-laki remaja yang gemar blusukan, diapun memanfaatkan kesempatan saat ku pulang untuk keluyuran. Hari penuh pertama aku di rumah, dia menyeret aku dan Pak De melihat-lihat dermaga pelabuhan di Panarukan. Pelabuhan ini merupakan satu dari beberapa pelabuhan yang dimanfaatkan nelayan untuk bongkar muat hasil tangkapan ikan. Hal ini tentu sangat memudahkan para nelayan. Ikan-ikan yang sebelumnya harus diangkut oleh gerobak sampai garis pantai, kini bisa dijangkau dengan gerobak motor melalui dermaga.
|
Panjang: Temannya alien menunggu alien kembali ke bumi mengirim makanan di dermaga yang agak panjang |
|
Gagal terbang: Ini aliennya mau loncat ke pesawat, tapi gak nyampe. Alhasil jatuh lagi ke bumi, untung gak nyebur ke
kolam raksasa. (Sebenarnya ada lagi foto alien yang berhasil
melayang-layang di udara, tapi fotonya raib entah ke mana. Mungkin raja
alien gak ikhlas kemampuan pasukannya diketahui makhluk bumi.
Jadi fotonya dicuri untuk dimerkuriushanguskan (kalau di bumi istilahnya
'dibumihanguskan') |
Tak hanya itu, dermaga baru ini juga dimanfaatkan pengunjung untuk memancing atau sekadar berekreasi. Pemandangan lautnya yang tenang dan dikelilingi pegunungan membuat dermaga di pinggiran jalur pantura (pantai utara jawa) ini menjadi rest area yang cukup memadai karena selain bersantai dan menikmati angin semilir, pengunjung bisa memancing ikan untuk bekal makan siang (ya kalau dapet ikannya sih).
|
Bersandar: Barisan perahu-perahu nelayan yang sedang vakum. Mungkin mereka butuh rehat.... | | |
Kabarnya, dermaga ini dibangun tahun 2014 dan baru diresmikan pada tahun 2016. Namun sayang, tak lebih mujur dari kebanyakan fasilitas lain di Situbondo, belakangan dermaga ini tampak suram. Aktivitas bongkar muat dan wira-wiri kapal cukup jarang terlihat. Pemandangan kurang sedap lebih-lebih terlihat pada malam hari. Banyak penerangan yang berjumlah puluhan tidak lagi berfungsi. Alhasil, dermaga sepanjang lebih dari seratus meter itu menjadi jujukan indah bagi pasangan muda mudi yang entah melakukan apa. Mungkin saja, hal ini membuat resah para tetua penduduk sekitar.
|
Manjat: "Menuju kesempurnaan," kata Buddha
|
|
Mencapai kesempurnaan.... |
|
Gak napak tanah.....!!! |
|
Banyak ranting: Cocok untuk belajar gelantungan dan bertengger di pucuk pepohonan |
Kalau saja pemuda-pemudi ini tahu, Panarukan adalah satu daerah yang layak menjadi kebanggaan dan kenangan bagi masyarakat Situbondo. Dahulu pada masa kolonial Belanda, di Panarukan ini pernah berdiri dengan megah sebuah pelabuhan internasional yang melayani kegiatan ekspor-impor. Hingga kini, sisa puing-puing pelabuhan besar itu tidak pernah terlihat (saya belum nyari sih). Dengan malu, saya juga patut mengatakan bahwa saya sendiri juga baru tahu. Sejarah yang saya ketahui dengan jelas hanya satu, yaitu bahwa di Panarukan inilah akhir dari Jalan Raya Daendels yang mempekerja-rodikan penduduk Indonesia dalam membangun Jalur Pantura dari Anyer.
|
Meniti sungai keabadian. Abadi gak ada airnya |
|
Teduh: Pepohonan rindang begitu menyegarkan di tengah panasnya hawa pesisir Selat Madura |
Lelah beratraksi di dermaga pelabuhan, kami melanjutkan
trip ke hutan lindung di daerah Kendit. Masih di wilayah Kabupaten Situbondo, hutan ini termasuk dalam pengelolaan perhutani. Hutan yang terletak agak jauh dari jalan raya itu sepi aktivitas. Hanya beberapa belas ekor ayam dan kambing
angonan yang santai mencari makan. Selebihnya, hanya kami bertiga yang menjadi pengunjung hari itu. Setahun berikutnya, hutan ini menjadi latar si alien merkurius yang gagal terbang untuk membuat video klip dari lagu
jadul yang di
covernya. Sebagai penutup,
berikut saya bonuskan video yang belum membuatnya terkenal.
Mumpung masih gratis bro, sist...! Baru sadar, ternyata kostum yang dikenakan masih juga sama. Maklum alien, baju gantinya memang diprogram cuma satu, meski sudah satu tahun berlalu.
|
Banyak serangga dari kayangan |
|
Si kecil cantik... |
Kata kunci: Dermaga, pelabuhan, hutan lindung, Panarukan, Situbondo
Komentar
Posting Komentar