Langsung ke konten utama

Penjelajahan Vietnam Rose. Part 3: We are Mathematicians


Say, "See you next chance, mathematicians!"

Senin pagi, 29 Febuari 2016.  Aku bersiap menyambut hari seperti siswa baru yang digandeng ibunya di hari pertama bersekolah. Too excited. Ternyata di Lantai 6 Guest House kami, tinggal seorang kawan istimewa dari Cambodia (biasa kita dengar Kamboja). As your information, kami tinggal di Defense Academy's Guest House. Defense Academy adalah sebuah sekolah tinggi kemiliteran di Hanoi. Menempati penginapan milik Defense Academy membuat kami berpapasan dengan 'tentara' penjaga setiap pagi. Berbeda dengan perawakan para tentara di Indonesia yang 'tajam', tentara-tentara Vietnam yang kami temui cenderung lebih 'halus'. Penampilan mereka cenderung putih bersih dan tidak dempal. Demi melihat kami yang berpenampilan berbeda (mengenakan hijab), tak segan satu atau dua di antara mereka menyempatkan diri untuk tersenyum dan menyapa, meskipun sedang bertugas. Sayangnya, terdapat larangan memotret di area Defense Academy .


Excited? Absolutely! Feeling dizzy? Exactly! Sleepy? Undoubted...
Selanjutnya, hari-hari kulalui dengan penuh tantangan yang sangat kunikmati. Hambatan terbesar tentu adalah kantuk yang menyerang tanpa kenal negara. Coffee break yang disediakan tak berani kusentuh karena khawatir akan menyebabkan sakit perut. Mending ndekluk-ndekluk ngantuk daripada sakit perut. Repot kalau butuh toilet, Yang ada malah bikin banjir toilet kering. Salah satu hal yang menarik dari perkuliahan ini adalah papan tulis hijaunya. Meskipun penghapusnya masih menggunakan lap basah, aku suka saat Bapak Profesor menggeser papan ke atas atau menariknya ke bawah.

Cheesing together in Imperial Citadel of Thăng Long
Di sela-sela masa kuliah, tepatnya pada Sabtu, 5 Maret 2016, kami diundang oleh Vietnamese Mathematical Society (VMS) dalam rangka "Monkey Lunar New Year". Monkey Lunar New Year adalah tahun baru berdasarkan kalender Vietnam. Tahun ini, perayaan Tết atau tahun baru bertepatan dengan tanggal 8 Februari kalender Masehi. Perayaan tahun baru yang secara lengkap disebut Tết Nguyên Đán atau "feast of the first morning of the first day"  digelar untuk merayakan datangnya musim semi.

Vietnamese ancient letters
Pada kesempatan itu kami mengunjungi Imperial Citadel of Thang Long atau Hoàng thành Thăng Long. Imperial Citadel of Thang Long adalah kompleks budaya yang dulunya merupakan benteng kerajaan. Benteng ini pertama kami dibangun pada masa Dinasti Lý. Selama masa peperangan tahun 1954 sampai 1975, benteng ini digunakan sebagai kantor pusat tentara Vietnam. Bangunan utama Imperial Citadel ini terdaftar dalam UNESCO's World Heritage Site pada tahun 2010. Tak hanya itu, dalam benteng ini juga terdapat beberapa bagian museum. Dalam salah satu museum tersebut, kami juga menemui barang-barang peninggalan Indonesia seperti lencana garuda dan bukti interaksi antara pemerintah Vietnam dengan Indonesia. Menarik, bukan? (Menarik sih, tapi fotonya mana?? Hilang! -.-)

Graduation ceremony yang kebetulan kami temui
Selain mengunjungi situs sejarah, VMS juga menjamu kami makan siang di sebuah hotel mewah bersama para matematikawan Vietnam. Jamuan tersebut juga dihadiri oleh matematikawan muda (sekelas SMP dan SMA) untuk menerima penghargaan. 
Taraaaa! Rejeki nomplok
Ketika acara berlangsung, seorang laki-laki menghampiri meja kami dengan banyak amplop di tangannya. Beruntung bagi kami para wanita, kami mendapat seamplop angpau dalam bingkai Women's Day yang jatuh pada 8 Maret. Masing-masing amplop berisi kartu ucapan dan uang tunai sebesar VND 50.000, kira-kira setara dengan IDR 34.000. Tak hanya itu, kafe yang setiap hari kami singgahi untuk makan siang pun menawarkan voucher khusus bagi konsumen wanita.

After exam
Menginjak hari Senin, pikiran kami kembali dihebohkan oleh kegiatan perkuliahan mulai dari lectures, tutorials, exercises, hingga exams yang tak ingin diingat-ingat bagaimana hasilnya. But the professor said, "Materinya memang sulit. If you have difficulties or your result is bad, it's not your fault." 
Indonesian fellas with Prof. Pung Ho Hai (second person from left side) and Prof. Nguyen Chu Gia Vuong (third person from right side)
Di samping itu, saat kami sedang pusing-pusingnya, seorang kawan dari Ho Chi Minh City nyeletuk, "You are not alone."  dan yaps, kami memang sama-sama kesulitan. So, akupun tak jadi ambil pusing. Mereka yang master dan yang udah dosen aja masih butuh belajar keras buat paham, apa dayaku yang masih nangkring di third year undergraduate. Yang penting hepiiiiii. Dan semua penat itu benar-benar terasa nikmat. Seharian kuliah pun tak membuat kami (aku) lelah untuk berjalan-jalan setiap sore sepulang kuliah. Biasanya, kami menyempatkan diri mengunjungi taman, danau, dan toko-toko lokal sepulang kuliah hingga maghrib, atau selepas maghrib hingga malam. Tak hanya taman sebelah yang kami kunjungi, di hari Minggu sehari setelah kunjungan bersama VMS, kami berpetulang sendiri mengunjungi City Center atau pusat kota. Satu hari itu dihabiskan untuk mengunjungi tempat-tempat legendaris: Temple of Literature, St. Joseph Cathedral, Hoan Kiem Lake, serta pusat perbelanjaan.
Behind the school...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jernih dan Hitam antara Kabut dan Merah Jambu #2-tamat

Semalam, aku tertidur di awan kelabu. Aku terus berpikir bagaimana jika aku terjatuh padahal aku ingin melihat pelangi. Lalu degup jantungku mengatakan sesuatu. “Tenang gadisku. Kalau kau terjatuh, kau akan terjatuh bersama-sama.”  Benar juga. Sama sekali tak masalah buatku. Tapi aku takut. Bagaimana jika aku terjatuh sebelum sempat menyentuhnya? Bagaimana? Kabut perlahan menipis. Kilau perlahan bercahaya. Apakah ini serangan fajar? Namun warna merah jambu belum memudar. Aku benar-benar tak tahu yang akan terjadi. Aku tak mampu berangan-angan lagi. Tapi kabut perlahan menipis. Aku harus segera bergerak kecuali ingin dihempas angin jahat. Aku mencoba mencari celah.

Bonek Hikers. Part 4: Akhir Cerita Kita

The most favourite spot. Couldn't find a more beautiful yellow flowery field.... Setelah pikiran yang blingsatan ke mana-mana. Setelah keresahan yang mengubun-ubun. Selepas keputusasaan yang nyaris memuncak. PADANG SAVANA....... " Subhanallah......" "Allahu Akbar!" Kami semua jatuh terduduk. Sungguh luar biasa. Rasanya seperti surgaaaaa. Sekitar satu jam sebelum tengah malam kami sampai di padang luas tempat bermalam. Kami duduk sejenak, ingin bergulung-gulung di sana. Di padang inilah para pendaki biasa bermalam. Untuk menuju puncak, perjalanan hanya tinggal satu jam lagi. "Ayo semangat. Tambah sedikit lagi jalannya, kita mendekat ke tenda-tenda lain."  kami pun beranjak. Para calon tetangga membantu mendirikan tenda. Tanpa mengkhawatirkan makan malam, kami langsung menata diri untuk shalat dan beristirahat. Say Hi! Coming back home "Yang mau muncak ntar bangun jam tiga yaaa..."  beberapa memili...

Pantai Kondang Merak

Curly surface from top of a hill Hampir genap setahun, kunjunganku ke Pantai Kondang Merak juga kulakukan pada tahun 2017, tepatnya pada tanggal 8 Maret (cuma postingan ini nih yang tanggalnya tercatat). Aku mengunjungi pantai—yang saat itu sedang sepi—dalam rangka menemani seorang 'kawan dekat' survei lapangan untuk penelitian tugas akhirnya. Nggak tau sih, beneran survei apa modus pengen ngajak jalan-jalan, wkwkwkwk . Great Barrier Reef ala Kondang Merak Berhubung bukan hari libur, pantai sangat sepi, bahkan hampir tidak ada pengunjung yang datang dalam waktu bersamaan. Untuk menuju Kondang Merak, kami tinggal mengikuti jalan ke arah Balekambang, lalu berpisah di sebuah perempatan. Keluar dari jalan raya, medan yang harus dilewati terhitung cukup sulit. Tanjakan-tanjakan berupa tanah berbatu mudah saja membuat pengendara sepeda motor kehilangan keseimbangan. Menurut wikipedia, saat kondisi jalan normal pengunjung bisa menempuh perjalanan dari perempatan ...