Lobi Bandara Chang I, Singapura |
Menghabiskan 38 jam dalam dua malam di Saigon City membuatku puas saat harus meninggalkan kota ini. Selasa pagi, aku memesan taksi online untuk mencapai bandara. Berbeda dengan dua hari sebelumnya saat aku mbambong di bandara Noi Bai karena check in counter belum dibuka saat aku tiba, kali ini aku tiba sangat ngepres. Pukul tujuh loket dibuka, pukul tujuh pula aku tiba. Sungguh sial, antrean loket Scoot Airlines menuju Singapura sudah mengular sampai menutupi lorong. Empat loket yang tersedia dipenuhi oleh satu rombongan berbusana biksu. Wah.... semacam rombongan "umroh"nya umat Buddha ini. Sialnya yang paling sial, aku mengambil antrean di belakang rombongan ini. Meski sebenarnya tidak panjang, hampir dua jam aku tidak bergerak. Astaghfirullah......this is shit! Ini entah petugasnya yang lemot atau akunya yang bego, hingga waktu boarding tiba aku masih ngantri check in. Alhasil, aku tidak punya kesempatan untuk menghitung sisa-sisa uang yang akan kutukar di money changer. Aku menyodorkan sisa Dongku begitu saja dan menerima Dollarku begitu saja.
Antrean di loket imigrasi pun ngalah-ngalahi antrean BPJS yang baru pertama kali buka di desa. Puanjangg ra ketulungan. Untunglah lancar. Aku sudah berada pada injury time. Sialku yang ketiga, aku salah masuk gate. Jambreeettttt.... check in ku kan sudah paling akhir, nggak mungkin gatenya berubah setelah aku check in. Tak lain dan tak bukan yo mas-mas petugase sing koleng. Dengan waktu kurang dari lima menit, aku marathon menuju gate yang tertera pada boarding pass tanpa firasat apapun. Letaknya di ujung paling jauh. Cukuplah membuatku bengek dan tersandung-sandung. Sampai gate yang kutuju, antrean masih panjang. Alhamdulillah..... belum tutup. Eh tapi di layar kok yang nampang AirAsia. Ah, palingan itu pesawat selanjutnya. Tak mau lebih lama bergoblok ria, aku bertanya pada ibu-ibu yang mengantre di depanku.
"Inggih mbak, menika pesawat dateng Malaysia."
GUBRAKKK!!! Mampus! Matek aku! Segeralah aku berlari-larian lagi, kembali ke rute yang tadi kulalui setelah melewati loket imigrasi. Jadi, aku lari dari ujung ke ujung. Emang sih tadi ada mbak-mbak Scoot neriakin kode pesawatku. Kirain maksudnya bener lewat situ, ternyata gatenya ya disitu itu, tempat dia berdiri tadi. Saat aku sampai, mbak-mbak yang tadi sudah tidak ada. Tetapi benar, di sana tertulis Scoot tujuan Singapura. Melompatlah aku menuruni eskalator, entah berapa kali sudah nyaris terjengkang. Ruang tunggu sudah tak berpenghuni. Petugas pun sudah ringkes-ringkes. Saking terburunya, boarding passku bahkan tidak diperiksa. Aku hanya memperlihatkannya sembari berlari. Jadi, sekarang aku memiliki satu lembar boarding pass utuh. Hihihi.
Lega. Akhirnya aku bernapas lega. Sesampaiku di deretan kursi nomor 15, kursiku diduduki oleh seorang ibu-ibu. Kata mbak pramugari, nggak papa, aku bisa duduk di sebelahnya aja. Wah, ngajak tawuran juga ini mbaknya. Ibarat tokoh utama dalam game digital, emotku sudah berwarna merah. Enak aja aku disuruh ngalah. Nggak bisa! Pokoknya aku harus duduk dekat jendela. Hahaha. (maafkan tiba-tiba galak)
GUBRAKKK!!! Mampus! Matek aku! Segeralah aku berlari-larian lagi, kembali ke rute yang tadi kulalui setelah melewati loket imigrasi. Jadi, aku lari dari ujung ke ujung. Emang sih tadi ada mbak-mbak Scoot neriakin kode pesawatku. Kirain maksudnya bener lewat situ, ternyata gatenya ya disitu itu, tempat dia berdiri tadi. Saat aku sampai, mbak-mbak yang tadi sudah tidak ada. Tetapi benar, di sana tertulis Scoot tujuan Singapura. Melompatlah aku menuruni eskalator, entah berapa kali sudah nyaris terjengkang. Ruang tunggu sudah tak berpenghuni. Petugas pun sudah ringkes-ringkes. Saking terburunya, boarding passku bahkan tidak diperiksa. Aku hanya memperlihatkannya sembari berlari. Jadi, sekarang aku memiliki satu lembar boarding pass utuh. Hihihi.
Lega. Akhirnya aku bernapas lega. Sesampaiku di deretan kursi nomor 15, kursiku diduduki oleh seorang ibu-ibu. Kata mbak pramugari, nggak papa, aku bisa duduk di sebelahnya aja. Wah, ngajak tawuran juga ini mbaknya. Ibarat tokoh utama dalam game digital, emotku sudah berwarna merah. Enak aja aku disuruh ngalah. Nggak bisa! Pokoknya aku harus duduk dekat jendela. Hahaha. (maafkan tiba-tiba galak)
Pesawat melaju kurang lebih dua jam. Semakin rendah, pemandangan Singapura begitu indah menarik perhatian. Lautnya dipenuhi kapal dan pulau-pulau kecil. Daratannya sangat asri oleh bunga dan tanaman-tanaman. Jauh berbeda dengan pemandangan sekitar bandara lain (yang pernah kusinggahi) yang cenderung kosong dan kumuh. Aku pernah membaca beberapa hal tentang Chang I Airport. Konon, Chang I ini adalah bandara termegah di dunia. Hal itu terbukti, kawan! Aku hanya sanggup menjelajahi satu (dari empat) terminal dan itu sudah membuatku sangat puas. Seluruh sudut ruangan berkarpet tebal, sangat nyaman jika digunakan untuk klesotan atau tiduran. Dengan jarak yang tidak terlau jauh, taman-taman buatan dibangun untuk menyegarkan mata. Tak cukup dengan tanaman bunga, taman di dalam ruangan itu juga dilengkapi kolam ikan lengkap dengan air mancurnya.
Tak hanya itu, bandara Chang I bagaikan satu komplek istana yang fasilitasnya memenuhi kebutuhan bagi segala aktivitas untuk semua usia. Lapar? Foodcourtnya sangat lengkap mulai dari masakan internasional sampai masakan padang. Pegal? Kalian bisa memanfaatkan fasilitas pijat refleksi atau merelaksasi badan di sofa-sofa yang tersebar pada berbagai lokasi. Anak rewel? Ada banyak taman bermain khusus untuk anak-anak. Ingin mengisi waktu dengan olahraga? Oh, ada gym. Butuh hiburan? Ada satu komplek gamezone dengan berbagai game populer. Untuk 'hiburan yang lain' juga ada bar dengan gelas-gelas cantiknya. It's not recommended, though. Apalagi ya..... oh, mau nonton layar lebar? Ada bioskop dengan fasilitas seperti bioskop asli. Ingin menyegarkan mata dengan sesuatu yang alami pun bisa. Di halaman tak jauh dari bioskop dan gamezone, ada taman bunga matahari yang tepat menghadap area lepas landas pesawat. Selain menikmati segarnya langit sore dan cerianya mahkota bunga matahari, kita bisa mengamati hilir mudiknya si burung besi. This is exactly my favourite place. Kerennya lagi, most of them are free!!! Gym, gamezone, bahkan movie yang sudah kusebutkan di atas tadi semuanya free. Foodcourtnya pun gratis lho! Iya, gratis masuk doang. Kalo makan ya bayar.
"So then I took my turn Oh what a thing to have done And it was all yellow" |
Selain itu, jika ingin berkumpul sendiri bersama keluarga, kita bisa mengambil tempat di lorong menuju bioskop. Di sepanjang lorong ada beberapa ruang yang dipisahkan oleh sekat-sekat. Masing-masing ruang dilengkapi sofa, aliran listrik untuk mengisi daya, serta televisi layar datar. Memang sekatnya tidak menutupi sepenuhnya layaknya sebuah ruangan utuh, tetapi cukuplah menjadi sudut yang private di tengah-tengah tempat umum. So this would be my final place to sleep. Semalaman aku mlungker di sofa itu tanpa memedulikan orang-orang yang berlalu lalang.
Bagaimana, menarik bukan? Dari kejadian-kejadian tak menyenangkan yang kualami untuk meninggalkan Vietnam ternyata berakhir dengan baik oleh kenyamanan yang ditawarkan bandara Singapura. Ini baru satu terminal aja loh. Beragam fasilitas yang kusebutkan di atas hanyalah fasilitas yang ada di Terminal 2. Bagaimana dengan Terminal 1, 3, dan 4? Let's explore them on our next trip! Penasaran apalagi yang kulakukan selama lebih dari duabelas jam di Singapura? Check on my next post, dear! It will comes very soon.... See you!
Komentar
Posting Komentar